Jumlah penduduk 3,4 Juta Jiwa, Kota Jeddah tidak berbeda
dengan kota metropolitan di negara lain seperti Singapura, Beijing, Tokyo
ataupun Jakarta. Gedung – gedung berdesain modern, pusat perbelanjaan, dan
tempat rekreasi serta taman – taman kota yang rapi. Jalan raya cukup bersih, di
sisi kiri dan kanan banyak ditanami pepohonan rindang dan hijau. Mobil-mobil
tipe terbaru dan berkelas berseliweran dijalanan, warna putih mendominasi
karena selain menjadi warna favorit di Jeddah dan Arab Saudi secara umum, warna
tersebut juga bisa mengurangi efek panas akibat cuaca ekstrim. Pada umumnya
laju kendaraan sangat cepat, didalam kota rata-rata mencapai 80 km/jam. Sisi menarik Jeddah adalah banyaknya
seni instalasi yang artistic bertebaran di sudut sudut kota.
Bila
dibandingkan Makkah atau Madinah, Jeddah lebih gemerlap. Tidak hanya karena
keberadaan Bandara Internasional King Abdul Aziz sebagai pintu masuk utama
dimana banyak pendatang dari berbagai negara tiba di bandara ini, juga karena
pusat – pusat pertokoan bertebaran di Jeddah. Selain kawasan Balad yang sangat
popular sejumlah pusat pertokoan elit lainya bisa ditemukan di Jeddah.
Pertokoan itu menyediakan hamper segala macam barang mulai dari fashion, furniture,
karpet, dan sajadah sampai mobil mewah.
Mobil – mobil pribadi dengan merk – merk terkenal terkenal baik dari Jepang
maupun Eropa, banyak berlalu lalang dan saling berkejaran di jalan-jalan.
Setiap liburan atau weekend (Kamis dan Jumat) pusat perbelanjaan selalu ramai,
tidak hanya para lelaki tetapi juga kaum perempuan, baik yang masih lajang atau
yang sudah menikah, bagi yang sudah berkeluarga mereka selalu membawa anak-anak
berbelanja atau sekedar makan-makan. Jamaah Haji biasa memanfaatkan waktu tunggu
sebelum kembali ke Tanah Air dengan berbelanja di Jeddah. Pada musim Haji,
hamper diseluruh pasar dan pusat perbelanjaan selalu terlihat rombongan Jamaah
Haji Indonesia.
Suasana
di Jeddah sedikit berbeda dengan kota-kota lainya. Sebagaimana di ketahui di
negara Arab Saudi hamper semua wanitanya mengenakan pakaian abaya hitam dengan
cadar di wajah saat keluar rumah, baik berbelanja maupun untuk kebutuhan
lainya. Seluruh badan tertutup rapat, yang kelihatan hanya kedua mata saja.
Sangat susah menemukan wanita yang memakai warna baju selain hitam. bila ada
wanita berpakaian abaya hitam tanpa cadar bisa dipastikan itu adalah kaum
pendatang yang bekerja di Arab Saudi, termasuk TKW Indonesia. Wanita yang
Non-Muslim pun biasanya pramugrari atau perawat biasa tetap memakai jubbah
hitam dengan rambut tergerai. Suasana Jeddah memang berbeda dengan kota Makkah,
sebagai konsekuensi kota internasional yang terbuka. Namun demikian suasana
Islaminya tetap kental. Menjelang waktu Sholat Dhuhur atau Ashar misalnya, semua
took temasuk supermarket dan restoran tutup selama setengah sampai satu jam.
Itu memang aturan dari pemerintah Arab Saudi, bahwa semua kegiatan perniagaan
dan perkantoran harus tutup menjelang Sholat Wajib. Di negeri ini, suasana
perniagaan justru akan lebih ramai saat malam hari. Pertokoan biasanya tutup
pada jam 3 pagi. Pengunjung dengan membawa anak kecil pun masih berlalu lalang
pada jam 1 dini hari. Untuk transportasi banyak pilihan di Jeddah mulai Bus
hingga Taksi, sedangkan ongkos taksi di Jeddah berkisar 10 – 30 Riyal (Tawar
menawar), jangan kaget kalau di tengah jalan sopirnya menaikkan lagi penumpang
yang searah, itu memang hal yang biasa, sedangkan untuk penumpang wanita yang
sendiri disarankan untuk berhati-hati.
Jeddah
merupakan Kota Metropolitan yang di huni berbagai bangsa di Dunia, ada Eropa,
Asia, Afrika dan Amerika. Bangsa Filipina dan Indonesia cukup mendominasi di
Jeddah yang mewakili etnis Asia Tenggara. Orang Arab susah membedakan Indonesia
dan Filipina. Dari Asia Selatan ada India, Pakistan, dan Bangladesh yang susah
juga dibedakan, karena memiliki warna kulit dan dialek yang sama. Namun ciri –
ciri khusus untuk etnis tertentu, misalnya pendatang dari Afganistan yang bisa
dikenali dengan perawakannya yang agak kecil, mata sipit, kulit agak putih, dan
hidung mancung. Orang ber etnis Arab pun bermacam-macam asalnya. Bukan dari
Arab Saudi saja, tapi banyak pendatang dari Lebanon, suriah, Mesir, Yaman, dan
negara-negara lain yang hidup harmonis di Jeddah.
Dengan
beragamnya anak bangsa yang beredar di kota ini, Bahasa apa yang paling penting
dikusasai? Haruskah fasih Bahasa Arab? Nah kalau fasih ber Bahasa Arab akan
memberi nilai tambah, akan tetapi Bahasa Inggris saja sudah cukup. Hamper
disemua tempat umum para pelayan took, penjaga butik di Mall, kasir di
swalayan, pekerja di Rumah Sakit, fasih Bahasa Inggris. Maklum jumlah pendatang
di kota ini sama banyaknya dengan penduduk asli Arab Saudi yang bermukim di
Jeddah. Khusus untuk pedatang dari Indonesia, jangan tersinggung kalau bisa ber
bahasa Inggris dengan baik akan sering disangka orang Filipina. Mayoritas
pendatang dari Indonesia (kebanyakan Wanita/TKW) tidak terlalu bisa ber bahasa
Inggris. Nama Toko, nama Jalan dan petunjuk-petunjuk umum lainya tidak hanya di
tuliskan dalam huruf Arab, huruf latin juga di sertakan.
Suasana
kota pun hiruk pikuk. Kuliner Indonesia pun lengkap, bahkan banyak restoran
asal Thailand atau Cina yang cocok dengan lidah orang Indonesia. Dan seharusnya
semua jesnis makanan yang di jajakan di kota ini di kategorikan Halal. Ditambah
dengan jaraknya yang hanya 70 km dari Kota Makkah, perlu waktu 45 menit
perjalanan untuk mengunjungi Masjidil Haram dan Ka’bah.